Rabu, 12 Desember 2012

KUMPULAN REFARAT KEDOKTERAN

To the poin saja, pada postingan kali ini saya ingin memposting beberapa referat yang sempat saya kumpulkan saat saya stase CoAss di beberapa bagian, silahkan di download... gratis kok... 
Terima kasih karena telah mengunjungi Blog saya yang amburadul ini, semoga apa yang saya posting bisa berguna bagi kita semua.
Wassalam...

NB : Judul dan perbaikan refarat dapat di tambahkan sewaktu-waktu

Refarat Bagian RADIOLOGI :

1. TRACHEOBRONKHIALIS MALACIA
2. ACHONDROPLASIA
3. KONDROSARKOMA

Refarat Bagian ILMU KESEHATAN ANAK :

1. LEUKEMIA
2. TETANUS

Refarat Bagian ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

- Refatar Mini
1.
2.
3.
4.

- Refarat Besar
1. MUKOKUTAN KANDIDIASIS
2. TINEA VESICOLOR
3. MELASMA

Refarat Bagian NEUROLOGI (SARAF) :

1.Neuropati diabetik

Senin, 26 November 2012

RADIOTERAPI PADA KARSINOMA NASOFARING



            Ada 4 metode penatalaksanaan pada karsinoma nasofaring, yaitu:
1. Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.
3. Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
4. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.
Namun yang akan kita bahas secara spesifik adalah metode penatalaksanaan radioterapi pada karsinoma nasofaring.
Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit-penyakit maligna dengan menggunakan sinar peng-ion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat. Karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi terpenting.
Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan elektrolit dari cairan tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga timbul ion H+ dan OH- yang sangat reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam kromosom, sehingga dapat terjadi :
1. Rantai ganda DNA pecah
2. Perubahan cross-linkage dalam rantai DNA
3. Perubahan base yang menyebabkan degenerasi atau kematian sel.
Dosis lethal dan kemampuan reparasi kerusakan pada sel-sel kanker lebih rendah dari sel-sel normal, sehingga akibat radiasi sel-sel kanker lebih banyak yang mati dan yang tetap rusak dibandingkan dengan sel-sel normal. Sel-sel yang masih tahan hidup akan mengadakan reparasi kerusakan DNA-nya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan lebih cepat dari sel kanker. Keadaan ini dipakai sebagai dasar untuk radioterapi pada kanker.
Pada kongres Radiologi Internasional ke VIII tahun 1953, ditetapkan RAD (Radiation Absorbed Dose) sebagai banyaknya energi yang di serap per unit jaringan. Saat ini unit Sistem Internasional ( SI ) dari dosis yang di absorpsi telah diubah menjadi Gray (Gy) dan satuan yang sering dipakai adalah satuan centi gray (cGy).
1 Gy = 100 rad
1 rad = 1 cGy = 10-2 Gy
Hasil pengobatan yang dinyatakan dalam angka respons terhadap penyinaran sangat tergantung pada stadium tumor. Makin lanjut stadium tumor, makin berkurang responsnya. Untuk stadium I dan II, diperoleh respons komplit 80% - 100% dengan terapi radiasi. Sedangkan stadium III dan IV, ditemukan angka kegagalan respons lokal dan metastasis jauh yang tinggi, yaitu 50% - 80%. Angka ketahanan hidup penderita karsinoma nasofaring tergantung beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah stadium penyakit.
Qin dkk, melaporkan angka harapan hidup rata-rata 5 tahun dari 1379 penderita yang diberikan terapi radiasi adalah 86%, 59%, 49% dan 29% pada stadium I, II, III dan IV.
a. Persiapan / perencanaan sebelum radioterapi
Sebelum diberi terapi radiasi, dibuat penentuan stadium klinik, diagnosis histopatologik, sekaligus ditentukan tujuan radiasi, kuratif atau paliatif. Penderita juga dipersiapkan secara mental dan fisik. Pada penderita, bila perlu juga keluarganya diberikan penerangan mengenai perlunya tindakan ini, tujuan pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama periode pengobatan. Pemeriksaan fisik dan laboratorium sebelum radiasi dimulai adalah mutlak. Penderita dengan keadaan umum yang buruk, gizi kurang atau demam tidak diperbolehkan untuk radiasi, kecuali pada keadaan yang mengancam hidup penderita, seperti obstruksi jalan makanan, perdarahan yang masif dari tumor, radiasi tetap dimulai sambil memperbaiki keadaan umum penderita. Sebagai tolok ukur, kadar Hb tidak boleh kurang dari 10 gr%, jumlah lekosit tidak boleh kurang dari 3000 per mm3 dan trombosit 100.000 per uL.
b. Penentuan batas-batas lapangan radiasi
Tindakan ini merupakan salah satu langkah yang terpenting untuk menjamin berhasilnya suatu radioterapi. Lapangan penyinaran meliputi daerah tumor primer dan sekitarnya / potensi penjalaran perkontinuitatum serta kelenjar-kelenjar getah bening regional.
Untuk tumor stadium I dan II, daerah-daerah dibawah ini harus disinari :
1. Seluruh nasofaring
2. Seluruh sfenoid dan basis oksiput
3. Sinus kavernosus
4. Basis kranii, minimal luasnya 7 cm2 meliputi foramen ovale, kanalis karotikus dan foramen jugularis lateral.
5. Setengah belakang kavum nasi
6. Sinus etmoid posterior
7. 1/3 posterior orbit
8. 1/3 posterior sinus maksila
9. Fossa pterygoidea
10. Dinding lateral dan posterior faring setinggi fossa midtonsilar
11. Kelenjar retrofaringeal
12.Kelenjar servikalis bilateral termasuk jugular posterior, spinal aksesori dan supraklavikular.
Apabila ada perluasan ke kavum nasi atau orofaring ( T3 ) seluruh kavum nasi dan orofaring harus dimasukkan dalam lapangan radiasi. Apabila perluasan melalui dasar tengkorak sudah mencapai rongga kranial, batas atas dari lapangan radiasi terletak di atas fossa pituitary. Apabila penyebaran tumor sampai pada sinus etmoid dan maksila atau orbit, seluruh sinus atau orbit harus disinari. Kelenjar limfe sub mental dan oksipital secara rutin tidak termasuk, kecuali apabila ditemukan limfadenopati servikal yang masif atau apabila ada metastase ke kelenjar sub maksila.
Secara garis besar, batas-batas lapangan penyinaran adalah :
-  Batas atas : meliputi basis kranii, sella tursika masuk dalam lapangan radiasi.
-  Batas depan : terletak dibelakang bola mata dan koana
- Batas belakang : tepat dibelakang meatus akustikus eksterna, kecuali bila pembesaran kelenjar maka batas belakang harus terletak 1 cm di belakang kelenjar yang teraba.
- Batas bawah : terletak pada tepi atas kartilago tiroidea, batas ini berubah bila didapatkan pembesaran kelenjar leher, yaitu 1 cm lebih rendah dari kelenjar yang teraba. Lapangan ini mendapat radiasi dari kiri dan kanan penderita. Pada penderita dengan kelenjar leher yang sangat besar sehingga metode radiasi di atas tidak dapat dilakukan, maka radiasi diberikan dengan lapangan depan dan belakang. Batas atas mencakup seluruh basis kranii. Batas bawah adalah tepi bawah klavikula, batas kiri dan kanan adalah 2/3 distal klavikula atau mengikuti besarnya kelenjar. Kelenjar supra klavikula serta leher bagian bawah mendapat radiasi dari lapangan depan, batas atas lapangan radiasi ini berimpit dengan batas bawah lapangan radiasi untuk tumor primer.

c. Sinar untuk radioterapi
Sinar yang dipakai untuk radioterapi adalah :
1. Sinar Alfa
Sinar alfa ialah sinar korpuskuler atau partikel dari inti atom. Inti atom terdiri dari proton dan neutron. Sinar ini tidak dapat menembus kulit dan tidak banyak dipakai dalam radioterapi.
2. Sinar Beta
Sinar beta ialah sinar elektron. Sinar ini dipancarkan oleh zat radioaktif yang mempunyai energi rendah. Daya tembusnya pada kulit terbatas, 3-5 mm. Digunakan untuk terapi lesi yang superfisial.
3. Sinar Gamma
Sinar gamma ialah sinar elektromagnetik atau foton. Sinar ini dapat menembus tubuh. Daya tembusnya tergantung dari besar energi yang menimbulkan sinar itu. Makin tinggi energinya atau makin tinggi voltagenya, makin besar daya tembusnya dan makin dalam letak dosis maksimalnya.
d. Radioisotop
1. Caecium137 → sinar gamma
2. Cobalt60 → sinar gamma
3. Radium226 → sinar alfa, beta, gamma.
e. Teknik Radioterapi
Ada 3 cara utama pemberian radioterapi, yaitu :
1. Radiasi Eksterna / Teleterapi
Sumber sinar berupa aparat sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi. Besar energi yang diserap oleh suatu tumor tergantung dari :
a. Besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi
b. Jarak antara sumber energi dan tumor
c. Kepadatan massa tumor.
Teleterapi umumnya diberikan secara fraksional dengan dosis 150-250 rad per kali, dalam 2-3 seri. Diantara seri 1-2 atau 2-3 diberi istirahat 1-2 minggu untuk pemulihan keadaan penderita sehingga radioterapi memerlukan waktu 4-6 minggu.
2. Radiasi Interna / Brachiterapi
Sumber energi ditaruh di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam rongga tubuh. Ada beberapa jenis radiasi interna :
a. Interstitial
Radioisotop yang berupa jarum ditusukkan ke dalam tumor, misalnya jarum radium atau jarum irridium.
b. Intracavitair
Pemberian radiasi dapat dilakukan dengan :
- After loading
Suatu aplikator kosong dimasukkan ke dalam rongga tubuh ke tempat tumor. Setelah aplikator letaknya tepat, baru dimasukkan radioisotop ke dalam aplikator itu.
- Instalasi
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam rongga tubuh, misal : pleura atau peritoneum.
3. Intravena
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I131 yang disuntikkan IV akan diserap oleh tiroid untuk mengobati kanker tiroid.
f. Dosis radiasi
Ada 2 jenis radiasi, yaitu :
1. Radiasi Kuratif
Diberikan kepada semua tingkatan penyakit, kecuali pada penderita dengan metastasis jauh. Sasaran radiasi adalah tumor primer, KGB leher dan supra klavikular. Dosis total radiasi yang diberikan adalah 6600-7000 rad dengan fraksi 200 rad, 5 x pemberian per minggu. Setelah dosis 4000 rad medulla spinalis di blok dan setelah 5000 rad lapangan penyinaran supraklavikular dikeluarkan.
2. Radiasi Paliatif
Diberikan untuk metastasis tumor pada tulang dan kekambuhan lokal. Dosis radiasi untuk metastasis tulang 3000 rad dengan fraksi 300 rad, 5 x per minggu. Untuk kekambuhan lokal, lapangan radiasi terbatas pada daerah kambuh.


g. Respon radiasi
Setelah diberikan radiasi, maka dilakukan evaluasi berupa respon terhadap radiasi. Respon dinilai dari pengecilan kelenjar getah bening leher dan pengecilan tumor primer di nasofaring. Penilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :
- Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar getah bening yang besar.
- Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening sampai 50% atau lebih.
- No Change : ukuran kelenjar getah bening yang menetap.
- Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening membesar 25% atau lebih.
h. Komplikasi radioterapi
Komplikasi radioterapi dapat berupa :
1. Komplikasi dini
Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti :
- Xerostomia           - Mual-muntah
- Mukositis              - Anoreksi
- Dermatitis
- Eritema
2. Komplikasi lanjut
Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti :
- Kontraktur
- Gangguan pertumbuhan
- dll.

TABEL GROWTH CHART CDC 2000

Beberapa saat yang lalu saya telah melalui salah satu bagian besar dari siklus Co-ass ku dan saat ujian pun tiba. Dan saya ternyata diuji oleh salah satu professor, dalam hati saya berkata " Wah betapa beruntungnya saya ". Namun setelah melaksanakan ujian ternyata sang professor memberikan se-abrek tugas yang harus saya kerjakan sebagai syarat lulus, dan ternyata setelah saya bertanya kepada beberapa teman yang juga pernah ujian sama beliau, memang diakhir ujian sang professor selalu memberikan tugas tambahan. Nah, dari sekian banyak tugas yang diberikan kepada saya, ada satu tugas yang membuat kepala saya pusing tujuh keliling, sampai-sampai saya sedikit stress karena harus memikirkan bagaimana cara saya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sang professor. Tugasnya itu adalah merubah grafik Growth chart CDC 2000 kedalam bentuk table... nah lho,, bagaimana cara saya mengerjakannya, harus saya kerjakan secara manual ? atau saya coba saja bertanya sama om google. Setelah mencari kanan kiri di internet ternyata saya berhasil menemukan table CDC yang saya cari .
          Dari pengalaman ini saya ingin membagikan table yang saya dapat tersebut, kiranya dapat membantu teman-teman sejawat yang mungkin membutuhkan table ini, karena tabel ini sangat berguna dan tingkat akurasi perhitungannya sangat baik di bandingkan menghitung antropometrik anak memakai grow chart biasa.
          Silahkan download pada link dibawah ini :






PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK




1. Pengukuran umum              - Mengukur tinggi badan
- Mengukur berat badan
- Mengukur lingkar kepala
- Mengukur lingkar lengan
- Mengukur lingkar perut
- Mengukur tanda-tanda vital (Tekanan    darah,  nadi, Pernafasan, dan suhu)
2. Kulit                                   - Inspeksi dan palpasi untuk menilai tekstur kulit,  Warna kulit,  dan turgor
                                               - Memeriksa apakah ada inflamasi, lesi atau tidak
3. Kepala dan leher                - Inspeksi ukuran, bentuk dan simetris atau tidak
- Palpasi fontanella, kranium, wajah, KGB, arteri karotis, dan kelenjar tiroid
4. Mata                                    - Inspeksi struktur eksternal mata
                                               - Memeriksa refleks kornea, refleks pupil,strabismus
5. Hidung                               - Inspeksi kondisi kulit dan bagian eksternal hidung
- Inspeksi keadaan mukosa, septum, cairan , benda asing, polip
6. Mulut dan tenggorok       - Inspeksi mukosa bukal, gigi, gusi, lidah, frenulum, palatum, uvula, faring, dan tonsil

7. Telinga                                - Inspeksi daun telinga (pseudokista , bat’s ear )
                                               - Inspeksi liang telinga (cairan, benda asing, serumen)
                                               - Inspeksi membran timpani
8. Thorax                                - Inspeksi ukuran dada, bentuk dada, konfigurasi,  dada simetris atau tidak
- Memeriksa puting dan payudara
- Palpasi dinding dada (krepitasi, taktil fremitus)
- Auskultasi (bunyi jantung teratur, murmur, gallop, jenis suara napas, ronkhi , wheezing)
- Menghitung frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas
9.Abdomen                             - Inspeksi simetris , massa
                                               - Palpasi (splenomegali, hepatomegali , massa, turgor kulit, ballottement renal)
                                                - Palpasi kesembilan kuadran (nyeri tekan, massa)
- Perkusi untuk menentukan batas paru hepar
- Auskultasi bising usus
10.Genitalia                            - Pada anak laki-laki dilakukan inspeksi penis, skrotum, testis, dan anus
- Mengukur panjang penis pada anak
- Pada anak perempuan dilakukan inspeksi labial,  massa, memeriksa kulit di sekitar alat genitalia, fluor albus, hernia inguinal 
11.       Ekstremitas atas          - Inspeksi kondisi kulit dan bentuk jari
                                                - Palpasi arteri radialis dan arteri brachialis    
                                                - Menilai kekuatan otot dan refleks bisep, trisep       

12.       Ekstremitas bawah      - Inspeksi kondisi kulit dan bentuk jari
                                                - Palpasi arteri dorsalis pedis
- Menilai kekuatan, refleks patellar, achilles & plantar

Sabtu, 17 November 2012

PENATALAKSANAAN DIARE PADA ANAK



PENGERTIAN
            Diare adalah perubahan pola defekasi yang frekuensinya lebih dari 3 kali dalam sehari dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih lunak sampai cair.
PREVENTIF
1.      Pemberian ASI.
Asi turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena antibody dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologis.

2.      Memperbaiki makanan pendamping ASI
Perilaku yang salah dalam memberikan makanan pendamping ASI dapat menyebabkan resiko terjadinya diare, sehingga dalam pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan dengan pemberian ASI, setelah anak berumur 9 bulan atau lebih, dapat ditambahkan ragam makanan lain dengan frekuensi pemberian makanan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 bulan anak dapat diberikan makanan yang dimasak dengan baik, frekuensi pemberian 4-6 kali sehari.

3.      Menggunakan air bersih yang cukup
Resiko untuk terkena diare dapat dikurangi dengan penggunaan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya hingga ke tempat penampungan. Meminum air minum yang sehat atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi

4.      Mencuci Tangan.
Berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dan harus di biasakan sejak dini untuk mencegah penularan penyakit diare adalah mencuci tangan. Sebelum dan setelah melakukan aktifitas sebaiknya dimulai dan diakhiri dengan mencuci tangan.

 5.      Menggunakan Jamban
Upaya penggunaan jamban dengan septic tank mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.

KURATIF
1.      Diare tanpa dehidrasi ( ORALIT )
-          Umur 1 tahun
24 jam pertama harus habis 400 CC, ½ gelas setiap kali mencret.
-          Umur 1-5 tahun
24 jam pertama harus habis 600-800 CC, 1 gelas tiap kali mencret.
-          Umur > 5 tahun
34 jam pertama harus habis 800-1000 CC, 1 ½ gelas tiap kali mencret.
2.      Diare dehidrasi ringan sampai sedang ( ORALIT )
-          Umur < 1 tahun
3 jam I : 1 ½ gelas, ½ gelas tiap kali mencret
-          Umur 1 – 5 tahun
3 jam I : 3 gelas, 1 gelas tiap kali mencret
-          Umur > 5 tahun
3 jam I : 6 gelas, 1 ½ gelas tiap kali mencret
3.      Dehidrasi berat ( IVFD )
Diberikan pada diare dehidrasi berat atau intake yang tidak terjamin.
-          2 tahun : ASERING system 24 jam
4 jam I       : 5 tetes/KgBB/Menit
20 jam I     : 3 tetes/KgBB/Menit
-          > 2 Tahun : RINGER LAKTAT
1 jam I       : 10 tetes/KgBB/Menit
7 jam II     : 3 tetes/ KgBB/Menit
4.      Terapi ZINC ( 10-14 Hari )
-          < 6 bulan   : 10 mg/hari                 -    > 6 bulan   : 20 mg/hari

Jumat, 16 November 2012

PENYAKIT ENDOKRIN ANAK



Penyakit endokrin adalah penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam beberapa bagian dari sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengatur hormon-hormon yang diperlukan untuk fungsi-fungsi tubuh penting.
Stres, infeksi dan perubahan dalam cairan darah dan keseimbangan elektrolit dapat mempengaruhi tingkat hormon sehingga surplus (hipersekresi) atau kekurangan (hiposekresi). Penyakit endokrin juga dapat terjadi jika tubuh Anda tidak merespon hormon sebagaimana mestinya. Selain itu, kelenjar endokrin juga rentan terhadap tumor, yang biasanya tidak terkait dengan ketidakseimbangan hormon.
Mendiagnosis penyakit endokrin bisa sulit karena biasanya melibatkan pengukuran jumlah hormon dalam aliran darah. Ini adalah tugas yang sulit. Karena itu, hormon kadang-kadang diukur secara tidak langsung. Contohnya adalah pengukuran glukosa darah, bukan insulin, untuk diabetes.
Berikut adalah ruang lingkup penyakit-penyakit Endokrin pada anak, sehingga apabila dokter anda telah mendiagnosis anak anda dengan salah satu penyakit di bawah ini, maka sebaiknya anda segera melakukan pengobatan ke dokter ahli Endokrin agar anak anda dapat segera ditangani dengan pengobatan yang sesuai.

I.       KELAINAN HIPOTALAMUS DAN KELENJAR PITUITARIA (HIPOFISIS)
1.   Hipopituitarisme
2.   Diabetes Insipidus (Defisiensi Arginin Vasopresin)
-          Diabetes Insipidus Nefrogenik
3.   Sekresi Hormon Antideuretik Yang Tidak Sesuai
-          Pemborosan Garam Otak
4.   Hiperpituitarisme
5.   Gangguan Perkembangan Puberitas
-          Puberitas Prekoks Tergantung – Gonadotropin
-          Puberitas Prekoks Akibat Dari Lesi Otak Organic
-          Sindrome Puberitas Prekoks Dan Hipotiroidisme
-          Tumor Pengsekresi – Gonadotropin
-          Sindrome Mccune – Albright
-          Puberitas Prekoks Tidak Tergantung – Gonadotropin Laki-Laki Familial
-          Perkembangan Prekoks Tidak Sempurna
-          Prekositas Obat-Obatan

II.    KELAINAN KELENJAR TIROID
1.   Defek Globulin Pengikat – Tiroksin
2.   Hipotiroidisme
3.   Tiroiditis
4.   Gondok
-          Gondok Kongenetal
-          Gondok Endemik Dan Kretinisme
-          Gondok Sporadis
-          Gondok Intratrakea
5.      Hipertiroidisme
-          Penyakit Graves
-          Hipertiroidisme Kongenital
6.      Karsinoma Tiroid
-          Nodul Tiroid Soliter
-          Karsinoma Medullare

III. KELAINAN KELENJAR PARATIROID
1.      Hipoparatiroidisme
2.      Pseudohipoparatiroidisme (Osteodistrofi Albright Herediter)
3.      Hiperparatiroidisme

IV. KELAINAN KELENJAR ADRENAL
1.      Insufisiensi Adrenokorteks
2.      Sindrome Adrenogenetal
-          Hiperplasia Adrenal Kongenital
-          Tumor Adrenokorteks Virilisasi
3.      Sindrom Cushing
4.      Sekresi Mineralokortikoid Yang Berlebihan
5.      Tumor Adrenal Feminisasi
6.      Feokromositoma

V.    KELAINAN GONADE
1.      Hipofungsi Testis
-          Hipogonadisme Hipergonadotropik Pada Laki-Laki
-          Hipogonadisme Hipogonadotropik Pada Laki-Laki
2.      Pseudoprekoks Akibat Tumor Testis
3.      Ginekomastia
4.      Hipofungsi Ovarium
-          Hipogonadisme Hipergonadotropik Pada Wanita
-          Hipogonadisme Hipogonadotropik Pada Wanita
5.      Pseudoprekoks Karena Lesi Ovarium
6.      Hermafroditisme (Interseksualitas)
-          Pseudohermafroditisme Wanita
-          Pseudohermafroditisme Laki-Laki
-          Hermafroditisme Sejati

VI. DIABETES MELITUS